Picture
Gb.1 Pohon kayuputih di depan rumah sedang berbunga penuh. Selain sebagai penahan angin dan debu juga dapat dimanfaatkan sebagai herba, serta tentu saja memperindah alam sekitar rumah. Merah yang meriah!
            Kecintaan pada alam yang hijau mengalir begitu saja di jiwaku. Aku tak menyadari bahwa hal-hal kecil seperti yang aku lakukan itu adalah sesuatu hal yang berharga. Di desaku, pepohonan masih tegak berdiri, tanah masih memanjakan para petani dengan hara yang kaya, udara masih sangat sejuk dan murni untuk mengisi rongga dan nadi kehidupan. Lahan hijau masih membentang luas. Sepanjang mata memandang, apa lagi yang akan terlihat selain kehijauan alam raya?

            Aku tak mengerti bahwa nun jauh di sana ada alam yang penuh petaka karena ulah manusia. Aku tak tahu bahwa nun jauh di sana ada alam yang tak lagi sejuk di pandang mata, ada alam yang tak lagi ramah pada penghuninya. Aku tak menyadari bahwa di belahan dunia yang lain ada tempat yang tanahnya dipenuhi racun-racun limbah, udaranya panas dan tak lagi menyehatkan badan, lahannya dipenuhi tembok dan beton hingga tiada lagi tempat untuk pohon-pohon mengabdikan diri.

            Kini aku bisa berkaca pada belahan dunia yang seperti itu. Sungguh, hingga kini aku masih tetap seperti dulu, mencintai alam yang ramah. Namun, bagaimanakah alam akan ramah bila manusia sudah tak ramah padanya? Alam sangat tahu membalas budi. Di desaku itu, kehidupan berjalan apa adanya dalam keteraturan, keindahan, dan kenyamanan. Alam membalas budi baik manusia dengan jauh lebih baik. Alam pun bisa membalas jauh lebih kasar dan kejam bila kita berlaku kasar dan kejam terhadapnya.

            Sekarang ini, aku sudah tak tinggal di desa kelahiranku itu. Aku tinggal jauh dari alam yang asri itu. Sebenarnya kini tempat tinggalku masih di sebuah kawasan desa, namun desa yang sudah tak semurni desaku dulu. Desa yang sebagian wilayahnya sudah mulai terus dikeruk  mutiaranya. Di lahan halaman rumah yang tidak seberapa, aku mulai bertanam atas dasar kesadaranku menyelamatkan alam. Walau hanya hal kecil, walau hanya di halaman rumah, tak ada salahnya kita beramah-tamah pada alam ini. Ingat, alam itu sangat tahu membalas budi. Hal besar sesungguhnya dimulai dari hal kecil. Selain itu, bukankah hal kecil akan menjadi sesuatu yang besar jika kita melakukannya bersama-sama?

             Oleh karena itu, mari kita sama-sama menjaga sikap kita pada sekitar. Sisakan ruang terbuka hijau di rumah kita. Biarkan hujan membasahi bumi dan meresap tanpa terhalangi tembok, aspal, dan beton. Sesungguhnya itu adalah budi baik kita pada alam. Alam pasti membalas apa yang kita berikan padanya!



Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Author

    Saya adalah seorang pecinta hijau sejak kecil. Pengagum kesederhanaan bumi dalam ketangguhan, pengorbanan, dan balas budinya.

    Jika kita bisa hidup selaras dengan alam, sungguh alam sangat tahu cara membalas budi. Begitu pula sebaliknya!

    Archives

    August 2012

    Categories

    All
    Go Green!